Tuesday, October 9, 2012

Comic dan surat romantis: Acho

Maunya ngelanjutin postingan catatan perjalanan, tapi takut dikira riya' ah pamer foto terus :p. Makanya sesekali diselingi postingan yang agak beda dikit.

Stand up comedy. Sekarang siapa sihh yang gak tau stand up comedy. Udah mulai banyak muncul di TV, bahkan sampai ada kontesnya yang ditayangin di Kompas TV. Mungkin yang paling terkenal diantara para comic (sebutan untuk pelaku stand up ) adalah Raditya Dika yang terkenal dengan kambing jantannya atau Panji Pragiwaksono yang terkenal sebagai rapper dan presenter. Atau para ababil2 lebih suka sama Kemal Palevi, saya sukanya Ge Pamungkas yang ganteng ituu tapi sayang kepalanya kayak pentol korek Wkwk. Tapi, seiring berjalannya waktu *tsaaah semakin sering saya melihat aksi para comic di Metro TV, saya semakin banyak mengenal para comicnya. Bahkan beberapa saya follow twitternya, namanya juga comic, pasti twitt-nya lucu2.



Begitu pula alasannya saat saya mem-follow Acho a.k.a Muhadkly Acho. Baru liat bionya aja udah bikin senyum2 sendiri.

Follow aja dulu, nanti kita bicarakan lagi untuk kedepannya, 
aku sih optimis kita cocok.. *benerin sarung*

begitulah tulisnya. Bagi saya sihh lucu, unik aja gitu.
Ternyata dia juga punya blog, tanpa ba bi bu langsung aja dong saya buka. Isi twitt-nya aja kocak2, apalagi blognya, pasti banyak cerita lucu di situ, begitu pikir saya pada awalnya.

Saya kaget. Ternyata tidak banyak tulisan disitu, terakhir dia menulis pada tanggal 20 Januari 2011. Bukan, bukan itu yang membuat saya kaget. Namun isi blognya. Postingan terakhir berjudul: Surat untuk Fika.
Saya baca, waww ternyata Acho ini gaya bahasanya sunguh2 indah, beda banget kalau ngetwit. Di dalam surat itu banyak sekali bicara tentang kesedihan. Lalu saya bertanya-tanya, ini kisah nyata atau bikin2annya si Acho ya?

Semakin penasaran, saya habiskan isi blognya. Sumpah saya nggak bisa nahan untuk nangis.
Surat ini saya copas langsung dari postingan Acho di sini

Surat untuk Fika

January 20, 2011 § 98 Comments
Dear Fika,
Apa kabarmu cantik? kuharap kau tak terkejut dengan datangnya surat ini. Aku akhirnya memutuskan untuk menulis surat ini untukmu. Entahlah, aku selalu merasa kau pasti bisa membaca suratku, meskipun aku tak begitu yakin apakah ada internet di surga. Tapi bukankah surga adalah tempat dimana semua keinginan bisa terwujud? Ah, sudahlah.. rasanya penyediaan akses internet bukanlah perkara besar untuk Tuhan kan?
Fika sayang,
Saat aku menulis surat ini, aku baru saja pulang kerja. Hmm.. tubuhku terasa letih dan semacam mau rontok, tapi ini tak menyurutkan niatku untuk menulis sepucuk surat cinta untukmu, perempuanku. Oh ya, Fik.. kamu tak perlu khawatir, karena sebelum menulis surat ini, aku sudah makan malam, jadi kau tak perlu pasang muka cemberut, sambil tiba-tiba mematikan laptopku, dan memaksaku untuk makan, seperti yang sering kau lakukan dulu.
Fik..
Semalam, tanpa sengaja aku menemukan rekaman video kita di ponselmu. Aku ingat, waktu itu kita sedang bercanda didalam mobil, sepanjang perjalanan pulang kantor. Aku baru sadar, kalau ternyata saat itu kau merekamnya, seolah-olah saat itu kau sudah tahu, bahwa kita tak lagi punya banyak waktu. Aku terus mengulang-ulang, bagian ketika aku bernyanyi keras dengan suaraku yang tak ramah lingkungan dan mirip kaleng rombeng, namun semua kekonyolanku itu, cukup untuk membuatmu tertawa terpingkal-pingkal sepanjang perjalanan. Aku terus dengarkan dengan seksama rekaman itu, bagaimana lekuk tawamu mengalun, semacam harmoni yang memberikan energi, semua itu sekejap saja membuatku tertegun tanpa sepatah kata, dan tak berapa lama, kusadari mataku sudah berkabut. Aku sungguh merindukanmu, Fik.
Kau tahu, Fik? aku selalu bergelut dengan rindu yang tak berkesudahan. Hal yang selalu tumbuh subur dan bersemi di dalam jiwaku, tapi sejujurnya, aku ternyata cukup bahagia dengan semua itu, akupun sama sekali tak keberatan, jika sekali waktu aku harus menyemai rindu-rindu itu di ladang hatiku. Bahkan aku merasa, rindulah yang selama ini menyatukan kita dalam angkuhnya jarak, begitupula luka, yang membawa kita sampai pada cinta.
Entah mengapa aku selalu berdebar setiap melihat namamu di surat ini. Belum lagi arsir wajahmu, yang seakan sudah membatu di kepalaku. Terkadang aku benci akan pagi, yang selalu memaksaku untuk menyaksikanmu yang tak ada. Sejujurnya, aku lebih suka malam, saat aku bisa sejenak terpejam, dan kembali menemukanmu disana. Kau muncul seperti jantung cahaya, yang berkilauan di atas samudera tenang tanpa gelombang. Ah, sebenarnya aku tak yakin dimana aku sedang hidup saat ini, yang aku tahu, saat ini aku sedang berada pada satu titik, dimana semua terlihat samar-samar, dan satu-satunya yang terlihat jelas adalah kau.
Fika-ku sayang,
Aku masih terus mengunjungi makam dan rumahmu di bogor setiap akhir pekan. Syukurlah, papa sehat-sehat selalu disana, meskipun rambutnya semakin terlihat memutih. Kami sering menghabiskan waktu berdua, sekedar menonton pertandingan sepak bola, ditemani sepiring bihun goreng buatannya. Ah, aku sungguh beruntung punya mertua seperti papamu, Fik. Dia pandai sekali memasak. Oh ya, kau tak perlu cemas soal ayahmu, karena aku pasti akan selalu menjaga orang tua kita, itu janjiku. Oh ya Fik, setiap aku bermalam di bogor, aku suka memandangi kamar kita, yang di sudutnya terdapat setumpuk kado pernikahan yang belum sempat kita buka satu-persatu. Setiap melihat itu, aku hanya mengucap dalam hati, betapa Tuhan terlalu tergesa-gesa.
Fika sayang,
Sebelum tidur, aku ingin mengecup keningmu lewat surat ini. Ayo, sekarang pejamkan matamu sebentar saja, karena aku akan tiba disana memelukmu erat. Selamat malam sayang, selamat tidur perempuanku, aku akan terus menghitung setiap detik yang berkurang, sampai kita dipertemukan kembali.
Suamimu,
Acho
Ya, baru saya tau ternyata Acho sudah menikah, dan istrinya, Fika telah meninggal dunia. Saya jadi berfikir, apakah nanti saya bisa menjadi istri yang baik untuk suami saya, sehingga bisa meninggalkan kesan yang sangat manis untuk suami saya, Layaknya Fika di mata Acho. Saya rasa, semua istri ingin menjadi yang terbaik untuk suaminya. Oke, ini kegalauan saya.

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Manteman