Tuesday, October 9, 2012

Catatan Perjalanan: Chapter I

Seperti janji saya terdahulu…dahulu banget ya hehhehehe. Maklum, ngumpulin mood buat nulis dulu (alesan! Biarin week :p)


Di postingan kali ini saya akan sedikit berbagi pengalaman tentang perjalanan hati (jyaahahaha, bahasanya), alias catatan beberapa perjalanan saya mendaki gunung lewati lembah. Siapin snack, kopi karena bakalan panjang ceritanya, ato sekalian siapin bantal kalau-kalau bakalan bosen bacanya hahahahaha. Yuk mari cekibrott. . . 

Gunung Arjuno
5 Mei 2005
Mungkin di tanggal ini banyak pasangan yang menikah, 050505. Tapi di tanggal ini saya pertama kali menginjakkan kaki di puncak Gunung Arjuno. Pada saat itu saya masih kelas X (1SMA). Pertama kali gabung dengan organisasi pecinta alam, tidak lain karena sejak SMP saya gemar sekali nonton acara jejak petualang yang saat itu presenternya masih tante Riyanni Djangkaru. Heuheu si tante apa kabar ya? nanti lah saya bikin postingan khusus untuk dia :').

Namanya juga pendaki pemula, masih pelajar pula. Hanya bermodal semangat untuk naik gunung, yeahh waktu itu fasilitas sangat minim. Tak ada sandal gunung, apalagi sepatu tracking, kami tak kenal sleeping bag, hanya berbekal jaket tebal bertumpuk-tumpuk. Tak ada kompor gas, hanya bisa membuat kompor spirtus dari bekas minuman kalengan, Carrier tak sanggup dibeli, tas apa saja jadi, asalkan bisa muat banyak walaupun punggung tersakiti. Jauh dari nyaman. Mengambil gambar pun dengan kamera film, belum, kami belum kenal kamera digital, hehe. Yang saya nikmati mungkin selama perjalanan terasa teduh karena masih banyak pepohonan. Medannya pun tidak terlalu menanjak karena berupa jalanan hutan pinus. Saat malam adalah neraka bagi kami, karena tak kuat menahan dingin.

Toh akhirnya kami bisa muncak juga. Rasanyaaaaa, jangan ditanya, luar biasa. Awalnya saya agak mengutuk diri sendiri, betapa bodohnya saya mau aja diajakin susah2 di gunung. Sudah capek, berat, jauh dari kata enak. Tapi begitu tiba di puncak, subhanalloh rasanya benar2 tidak bisa dilukiskan dengan apa pun. Biarlah saya sendiri yang tau. Dan begitu pulang, saya cuma bergumam: suatu saat nanti saya akan kembali kesini.

muka unyu saya 7 th yg lalu

Lihat, ada mas2 yang diujung kanan itu. Dia mendaki seorang diri, mahasiswa kehutanan IPB. Ya, gara2 ketemu mas ganteng itu, saya sempat bercita2 ingin kuliah jurusan kehutanan yang jelas saja ditolak orang tua saya hahahahaha. Pikiran saya waktu itu, kalau kuliah kehutanan bakalan sering2 naik gunung dong, tak perlu urus ijin orang tua, karena itu tugas kampus. Ya, pemikiran ABG labil -_____-"

17 Mei 2009
Selang empat tahun setelah pendakian pertama. Kali ini saya mendampingi adik2 junior. Ya, saya sebagai pendamping, kakak, yang harus menjaga mental mereka sedangkan mental saya sendiri sebenarnya lagi down. Beratnya dobel!!. Apalagi ada banyak cewek yang bergabung di pendakian ini, jujur saja, semakin banyak ceweknya, pendakian akan menjadi semakin ribet heuheu.

Wajah Arjunoku sudah berubah. Tak ada lagi jalanan hutan yang bersahabat. Jalanan berubah menjadi jalanan makadam, berbatu2 besar agar dapat dilewati kendaraan pembawa belerang dari gunung Welirang. Dan, info terakhir yang saya dengar, kita bisa menyewa jeep seharga 1 juta rupiah untuk perjalanan pos perijinan-pondokan pulang pergi. Hiasi saja gunung-gunung kami. Mungkin beberapa tahun lagi sudah jadi taman rekreasi *elus dada

Jalanan makadam tentu saja membuat nyali semakin ciut, karena kita akan melihat medan yang akan terus menanjak. Bersyukurlah kalau tiba2 kabut turun, karena pemandangan hina itu akan terhalang oleh kabut. fiuhh. Ya, saya masih trauma karena jalanan makadam itu. nyebelin banget, sampai ada percakapan saya dengan seorang teman:

Saya: kurang kerjaan banget sihh yang masang batu disini.
Dia: lebih kurang kerjaan lagi yang mau naik sampai kesini.
Saya: *manyunn

Selebihnya, tidak ada yang berubah. Pohon pinusnya, kabutnya, bau tanahnya, dinginnya, semua masih sama. Banyak hal yang kita temui disini, ada beberapa mitos, di watu manten misalnya. Dipercaya jika kita dan pasangan duduk di batu tersebut akan berjodoh. Sampai sakarang saya nggak ngeh yang mana namanya watu manten itu.

jalanan hina
mistis tapi saya sukaaaa



Perkampungan kecil yang kami buat. Kata2nya nih, dua pohon di sebelah tenda kami itu merupakan pintu masuk menuju pasar setan. Pasar setan ya pasar setan, pasarnya para setan, setan dalam arti yang sebenarnya.
Beberapa teman juga melihat pemandangan ganjil disini, ada sesosok makhluk tinggi besar yang memandang ke arah kami dengan pandangan yang tidak suka, karena di situ ada bekas pembakaran yang tidak dibersihkan. Mungkin bekas pendaki yang ngecamp disini sebelum kami.

Makanya, jangan buang sampah sembarangan di gunung ya...penting ini!!






Dibelakang saya, sebagai background adalah puncak Arjuno, ada bagian berwarna coklat membentuk huruf V terbalik adalah bekas longsor :(((((.

Dari sekian banyak perjalanan saya, perjalanan kali ini yang paling mistis. Kami turun sekitar habis maghrib, seorang teman mengingatkan, jangan berjalan di malam hari, namun karena terdesak waktu, akhirnya kami nekat berjalan malam hari agar besoknya sudah bisa kembali ke rumah. 

Selama perjalanan turun, teman saya beberapa kali mengucap salam atau permisi. Entah apa maksudnya, saya cuek saja jalan sambil makan indomie yang udah diremukin. Lapar tauk!

Barulah saya tau, setelah tiba di pos perijinan, mereka semua saling bercerita. Ternyata banyak makhluk halus yang seliweran di depan saya sedangkan saya tanpa sopan santun makan indomie sambil jalan tanpa menghiraukan mereka. Salah siapa coba, mereka nggak mau menampakkan diri week :p. Ampun mbah, saya nggak mau nantangin kok. Ada juga teman yang terlihat sayang kecape'an padahal biasanya paling banter kalo jalan, ternyata, diatas carierrnya didudukin tuyul Jadi dia jalan sambil gendong tuyul dong, Serem banget yak.

Alhamdulillah selama ini saya tidak pernah melihat pemandangan ganjil seperti teman-teman yang lain. Dan nggak pengen bisa liat. Kata teman saya, itu karena saya sholat, jadi mereka nggak mau menampakkan wajahnya ke saya. Subhanalloh, Alhamdulillaaah.

bukan sebagai perusak
tempat yang damai untuk merenung

atau tiduran, eh, ini jatoh ya hahahha


Indonesia itu insah kawan. . . 



No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Manteman