Tuesday, October 9, 2012

Catatan Perjalanan: Chapter II

Gunung Penangungan




Dilihat dari bentuk gunungnya, pasti sudah tidak asing lagi. Pemandangan seperti ini akan di jumpai sepanjang perjalanan menuju Malang, tepatnya di daerah Pandaan. Sudah lima kali saya mendaki gunung ini. Kali pertama ketika saya kelas XI th 2006. Waktu itu hanya untuk survey lokasi pendidikan lanjutan untuk junior saya di organisasi pecinta alam, Majapala. Hanya lima orang, tanpa tau medan untuk membuat peta. Tiga minggu berikutnya saya kembali kesana, kali ini dengan rombongan yang lebih banyak, yaitu junior saya.

Sebenarnya gunung ini tidak terlalu tinggi, kurang dari 2000 mdpl, tapi cukup menguras tenaga. Mendakinya hanya memerlukan waktu semalam saja. Tak kurang dari 6-8 jam kita sudah bisa tiba di puncak. Tak ada yang istimewa, tak ada pemandangan yang indah. Cukuplah untuk membunuh rasa kangen tidur di puncak.


Ada satu warung langganan yang selalu saya tuju sebelum mulai mendaki, sekedar makan malam atau sekalian menitipkan kendaraan. Warung bu Dian namanya, dengan menu andalan kare ayam.
Dari warung bu Dian, kita bisa berjalan melalui jalanan aspal yang cukup melelahkan sebagai pemanasan. Kemudian mulai masuk jalanan berbatu melalui perkebunan warga setempat. Tidak lama, medan berganti jalanan tanah yang kering, sesekali terdapat batuan tinggi di sisi-sisinya. Dari sini kita bisa melihat pemandangan lampu kota dari atas, atau sesekali mendengar suara dangdutan kalau ada hajatan di bawah.

Habiskan medan tersebut, kita sudah sampai di pelataran. Belum sampai puncak, namun sebuah tempat yang cukup lapang, bisa untuk mendirikan tenda. Tapi saya terbiasa untuk mendirikan tenda di puncak. Jadi, di sini hanya untuk istirahat agak lama, untuk melihat lampu kota di bawah, atau sambil tiduran melihat bintang di atas. Jika beruntung kita bisa melihat bintang jatuh sambil curhat juga boleh #eaaak.

Nggak usah terlalu lama istirahatnya, bisa2 jadi males jalan lagi :p. Nah, setelah pelataran ini, medannya sangat2 nggak bisa diajak kompromi. Batu2an tinggi, siap2 deh kaki di kepala kepala di kaki. Gitu aja terus sampe sejam menuju puncak. Dan ternyata puncaknyaaaaaa, biasa aja hehe. Bisa mendirikan tenda di puncak, siap2 aja ngelawan angin karena di puncaknya hanya ada ilalang, gak ada pohon sama skali. Dan siap2 kepanasan kalau matahari udah terbit. Paling aman, kita bisa turun kebawah menuju lembah di bawah puncak.

Pemandangan dari puncak ini, kita bisa melihat gunung Arjuno-Welirang jika nggak terhalang kabut, atau kalau mau bangun pagi2 banget kita juga bisa liat sunrise.





sunrise dari puncak penanggungan
berlatar belakang Arjuno-Welirang

Nggak usah lama2 di puncak karena sekitar jam 8 pagi matahari udah mulai panas, bayangin aja jalan melewati ladang di bawah teriknya matahari. Solusi terbaik adalah, bawa payung Wkwkwk.
Dan jika lebih beruntung lagi, kita bisa menumpang jeep yang lewat hahahahah


Masih ingin kesana, dengan jalur yang berbeda.

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Manteman